Terima Kasih Sudah Singgah Satumat

Daftas Isi

Senin, 26 Juli 2010

Elpiji 3 Kg, ‘Bom’ Nyata di Dapur Kita

Pencetus tabung gas 3 kg Jusuf Kalla dalam suatu kesempatan pernah menyangkal opini yang berkembang di masyarakat bahwa tabung gas 3 kg adalah bom yang sewaktu-waktu bisa meledak. Mantan Wakil Presiden ini pun berdalih, tidak ada bukti jika ada kebocoran dalam tabung gas.
 
Menurut JK, penyebab ledakan tabung gas ini adalah kebocoran selang serta regulator disebabkan kelalaian pemakai. Tapi terakhir, pentil yang terdapat dalam tabung gas menyebabkan ledakan gas hingga melukai 10 orang di Tanjung Duren, Jakarta Barat, Minggu (25/7/2010) kemarin. Apakah pemakai masih dipersalahkan?
“Dominannya pentil yang lepas itu karena konsumen menambahkan alat-alat tertentu seperti alat segitiga yang dijual di pasaran,” kata Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi kepada detikcom, Minggu (25/7/2010) kemarin.
Pentil menjadi penyebab baru terjadinya ledakan gas 3 kg. Sebelumnya, memang regulator serta selang dituding sebagai pemicu utama ledakan. Sehingga, pemerintah pun langsung mengeluarkan selang dan regulator SNI untuk mencegah makin maraknya insiden ledakan gas.
Namun, tak lama setelah pemerintah mengeluarkan selang dan regulator SNI, ledakan gas tidak makin surut, tetapi justru terus meningkat.

Di saat pemerintah mulai gencar mencari solusi “teror di dapur”, insiden ledakan gas dari tabung 3 kg terjadi lagi. Pada 13 Juli lalu, ledakan gas 3 kg terjadi di perumahan penduduk RT 13/RW 3, Kelurahan Kali Angke, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat. Meski tidak menimbulkan korban jiwa, rumah korban jebol serta korban menderita luka bakar yang parah.
Bahkan di Tangerang, Banten, korban ledakan gas, Nursiah, akhirnya meninggal dunia. Nursiah meninggal setelah mengalami luka bakar 60 persen akibat ledakan itu pada 11 Juli 2010. Tragis!
Para korban ledakan gas 3 kg makin bertambah. Minggu lalu, Ridho Januar, bocah berusia empat tahun terpaksa harus gigit jari lantaran tidak bisa bertemu dengan presiden di Istana. Padahal, bocah dengan 90 persen tubuhnya penuh luka bakar ini jauh-jauh datang dari Jawa Timur bersama ibunya untuk meminta bantuan pengobatan kepada Presiden SBY.
Belakangan, setelah di-blow up besar-besaran oleh media, Menteri Kesehatan menjenguk Ridho. Lewat juru bicaranya, Presiden SBY juga mengucapkan simpati yang mendalam atas penderitaan yang dialami Ridho.
Pihak Pertamina pun juga berjanji akan menanggung biaya pengobatan bocah malang ini.
Komisi Perlindungan Anak (KPAI) mencatat 10 anak terluka akibat ledakan gas dalam kurun waktu 4 bulan terakhir. Imbasnya, KPAI meminta pemerintah menarik kembali semua tabung gas dan regulatornya untuk memastikan supaya tidak ada korban baru. Namun permintaan KPAI ini sepertinya dianggap angin lalu saja oleh pemerintah.
Menanggapi maraknya ledakan gas 3 kg, pihak Pertamina tak mau langsung disalahkan. Berbagai laporan dari masyarakat akan terus ditampung. Ditambah dengan penyelidikan intensif akan terus dilakukan oleh BUMN tersebut.
“Kalau kita hanya mengidentifikasi keterangan masyarakat, belum bisa dijadikan kesimpulan,” kata Vice President Communication Pertamina, Basuki Trikora Putra saat dihubungi detikcom, Jakarta, Minggu (25/7/2010) malam menyikapi ledakan gas yang terjadi di Tanjung Duren kemarin.
Langkah cepat pemerintah terus dibutuhkan. Agar ‘bom’ nyata yang berada di sekitar kita ini tidak terus memakan korban, yang sebagian besar adalah rakyat kecil. [detik]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails